Santri Muhammadiyah Patahkan Stigma “Gudigen” Lewat Edukasi Kesehatan di PPMTQ Al Ijtihad Sirau

PWMJATENG.COM, Surakarta – Ahad pagi (31/8) menjadi momen penting bagi keluarga besar Pondok Pesantren Modern Tahfidzul Qur’an (PPMTQ) Al Ijtihad Sirau. Bertempat di Masjid Al Ijtihad Sirau, Desa Sirau, Kemranjen, Banyumas, para santri mengikuti edukasi kesehatan yang menghadirkan narasumber istimewa.

Kegiatan ini diisi oleh Irmawan Andi Nugroho, dosen Universitas Muhammadiyah Gombong (Unimugo) sekaligus tenaga kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Dengan latar belakang sebagai praktisi medis bedah, Irmawan membawakan materi seputar pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan lingkungan pesantren.

Dalam pemaparannya, Irmawan menegaskan bahwa santri harus menjaga kebersihan diri untuk mencegah penyakit. “Penyakit kulit dan infeksi saluran pernapasan sering muncul jika kebersihan tidak dijaga. Kuncinya ada pada disiplin diri,” ujarnya di hadapan ratusan santri.

Ia juga menyinggung stigma lama yang menyebut kehidupan pesantren identik dengan penyakit “gudigen”. Menurutnya, santri Muhammadiyah harus menjadi teladan dengan membiasakan hidup bersih dan sehat. “Santri itu bukan hanya rajin ibadah dan belajar. Mereka juga harus sehat, kuat, dan hidup di lingkungan yang rapi,” tegasnya.

Baca juga, Mengkritik Pemerintah Lewat Demonstrasi dalam Islam: Antara Kewajiban dan Etika

Selain materi, Irmawan memberikan motivasi tentang keistimewaan hidup di pesantren. Ia menilai, kehidupan pesantren melatih pribadi yang disiplin, mandiri, dan bermental kuat. Bekal tersebut akan sangat berguna bagi santri untuk meraih kesuksesan di masa depan.

Kegiatan ini tidak berhenti pada teori. Irmawan mengajak para santri mempraktikkan enam langkah mencuci tangan yang benar sesuai anjuran medis. Suasana semakin semarak ketika para santri ikut mencoba di depan teman-temannya. Praktik sederhana itu menjadi bukti bahwa edukasi kesehatan dapat langsung menyentuh kebiasaan harian.

Antusiasme semakin terasa saat sesi tanya jawab dibuka. Santriwan dan santriwati mengajukan berbagai pertanyaan, mulai dari cara merawat kulit agar tidak mudah terkena penyakit hingga tips menjaga daya tahan tubuh di tengah padatnya aktivitas pondok. Menurut pengasuh, pertanyaan-pertanyaan itu menunjukkan kepedulian santri terhadap kesehatan semakin tinggi.

Dukungan juga datang dari para asatidz, musyrif, dan musyrifah yang hadir mendampingi jalannya kegiatan. Mereka menilai, edukasi kesehatan menjadi wujud sinergi antara pendidikan pesantren dan ilmu kesehatan modern. “Kegiatan ini bukan sekadar penyuluhan, tapi bagian dari pembentukan karakter santri yang sehat jasmani dan rohani,” ujar salah satu asatidz.

Harapannya, edukasi kesehatan ini tidak berhenti di satu kesempatan. Pihak pondok berharap para santri membiasakan pola hidup bersih sehingga dapat mencegah penyakit. Dengan tubuh sehat, adab terjaga, dan ilmu yang terus berkembang, santri Muhammadiyah diyakini mampu membuktikan diri sebagai generasi tangguh.

Kontributor : Armiyati
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *