Tangis dan Syukur di Tengah Bara: Kisah Keteguhan Santriwati Daarul Ulum Majenang Setelah Asrama Ludes Terbakar

PWMJATENG.COM, Cilacap – Suasana hening dini hari mendadak berubah menjadi kepanikan di Pondok Pesantren Daarul Ulum Muhammadiyah, Jalan Sirkaya No. 10, Desa Jenang, Kecamatan Majenang, Cilacap, Selasa (21/10/2025). Api tiba-tiba melalap tiga asrama putri dan satu ruang kelas, membuat ratusan santriwati berhamburan menyelamatkan diri. Di bawah langit memerah, mereka berlari dengan pakaian seadanya, sebagian masih mengenakan mukena.

Sekitar pukul 01.15 WIB, beberapa santriwati di Asrama Maryam terbangun karena mencium bau gosong. Salah satu dari mereka, Bilqis, melihat percikan api di kabel listrik pojok kamar. “Kami sedang tidur, tiba-tiba terdengar suara percikan. Ternyata kabel terbakar dan menyambar kasur. Api langsung membesar, kami semua berlarian keluar sambil berteriak minta tolong,” ujarnya dengan suara bergetar.

Kobaran api menjalar cepat ke dua asrama lain, Hafsoh dan Fatimah, yang berjarak hanya beberapa meter. Para pengasuh, termasuk Fadil Raik Kurniawan, berlari menuju lokasi sambil menghubungi Pos Damkar Majenang. Upaya pemadaman manual tak mampu menghentikan kobaran api yang semakin besar. Dua unit mobil pemadam dan satu tangki air milik BPBD Majenang dikerahkan. Petugas berjibaku hampir dua jam hingga api berhasil dipadamkan sekitar pukul 03.00 WIB.

Kepala Pos Damkar Majenang, Sartono, memastikan seluruh santriwati selamat. “Tidak ada korban jiwa, tetapi tiga bangunan asrama dan satu ruang belajar hangus terbakar,” katanya. Ia menduga kebakaran terjadi akibat korsleting listrik.

Petugas dibantu relawan MDMC, KOKAM, Satpol PP, serta warga sekitar untuk memadamkan api. Mereka bekerja bahu-membahu di tengah kepulan asap tebal.

Pagi harinya, halaman pesantren dipenuhi suasana haru. Orang tua santriwati berdatangan dari berbagai daerah setelah mendengar kabar kebakaran. Beberapa santriwati menangis di pelukan orang tua, sementara lainnya duduk di depan masjid memandangi puing-puing asrama yang kini hanya tersisa abu.

Baca juga, Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1447 H

Meski kehilangan pakaian dan perlengkapan belajar, para santriwati tetap bersyukur. “Kami kehilangan semua barang, tapi kami masih punya nyawa dan semangat. Itu yang paling penting,” ujar Aisyah lirih.

Saat ini, seluruh santriwati sementara tinggal di Masjid Birrul Walidain di dalam kompleks pondok. Relawan MDMC dan KOKAM membantu membersihkan sisa puing serta menyalurkan bantuan seperti pakaian, alat tulis, dan perlengkapan ibadah.

Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Majenang, Masykur Ikhsan, datang sejak subuh untuk memantau kondisi. Ia menyampaikan rasa syukur atas keselamatan para santri dan mengapresiasi kesigapan relawan serta warga. “Santri dari Asrama Maryam, Hafsoh, dan Fatimah akan dipulangkan sementara. Asrama Maryam paling parah karena ludes terbakar. Santri putra tetap beraktivitas seperti biasa,” jelasnya.

PCM Majenang bersama Lazismu dan MDMC membuka posko bantuan untuk memenuhi kebutuhan darurat para santri. Sejumlah sekolah Muhammadiyah di sekitar Majenang juga mulai menggalang solidaritas untuk membantu.

Pengasuh pondok, Jasmadi, mengungkapkan rasa syukur di tengah duka. “Alhamdulillah semua santriwati berhasil menyelamatkan diri. Kami berterima kasih kepada Damkar, MDMC, KOKAM, BPBD, dan warga yang telah membantu pemadaman dan evakuasi,” ujarnya. Ia memperkirakan kerugian material mencapai lebih dari Rp500 juta.

Sementara itu, pengasuh utama pondok, Aly Syahbana, menegaskan semangat santri tidak akan padam meski bangunan hangus terbakar. “Kebakaran bisa menghancurkan gedung, tapi tidak akan memadamkan semangat para santri,” ucapnya.

Kontributor : Tarqum
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *